ANALISA PERUBAHAN POLA HIDROLOGI DI DAERAH MUARA KALI PORONG PASCA PERISTIWA LAPINDO DENGAN CITRA SATELIT SPOT 4 DAN ALOS
Keywords:
hidrologi, citra SPOT 4, citra ALOSAbstract
Pesisir merupakan salah satu tempat untuk muara sungai dimana hilir dari suatu sungai itu berakhir sebelum menuju lepas laut. Di kabupaten Sidoarjo tedapat kali yaitu Kali Porong yang merupakan ujung dari sungai Brantas yang semenjak tahun 2006 digunakan sebagai tempat untuk mengalirkan lumpur Lapindo ke laut. Hal ini menyebabkan perubahan dari ekologi dari Kali Porong. Salah satunya adalah mengganggu pola hidrologi yang ada di Kali Porong. Oleh karena itu diperlukan analisa untuk penentuan pola hidrologi secara multitemporal setelah Kali Porong digunakan sebagai tempat mengalirkannya lumpur untuk menuju laut timur Jawa yang dimana akan mempercepat terbentuk sedimentasi yang dapat menggagu pola hidrologi Kali Porong. Pengamatan dilakukan dengan metode penginderaan jauh dengan menganalisa citra ALOS dan SPOT 4 dari tahun 2010 sampai 2011. Klasifikasi yang digunakan dalam analisa ini adalah klasifikasi Terselia atau klasifikasi beracuan yang menggunakan Maximum Likehood Standard dan menganalisa DEM SRTM dengan menggunakan menu spatial analyst tools untuk menentukan arah aliran sungai (flow direction) dan akumulasi aliran sungai (flow accumulation).Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam peta aliran sungai terlihat gradasi warna dari biru tua menuju ke biru muda menjelaskan bahwa arah aliran sungai yang menunjukan semakin besar akumulasi pencampuran antara air sungai dengan lumpur dititik tersebut. Daerah pesisir Sidoarjo lebih di dominasi oleh pola aliran sungai dendritik. Pola aliran sungai daerah muara Kali Porong relatif tetap.
References
Abidin, H.Z., dkk. 2002. Survei Dengan GPS. Jakarta : Pradnya Paramitha.
Arisandi, P. 2008. Bencana Baru Di Kali Porong.Gajah Mada University
Ardi, L. 2011, Analisa Hidrologi Dan Daerah Genangan Di Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Dan Peristiwa Lapindo Dengan Citra SPOT 4
Cassel, D.K. 1997. Foreword. Dalam: M.J. Vepraskas & S.W. Sprecher (eds.), Aquic
Conditions and Hydric Soils: The Problem Soils. SSSA Special Publication Number 50. h vii.
Ekadinata,dkk. 2008. Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. World Agroforestry center - bogor
Hapsari, H. 2007. Hitung Kerangka Geodesi. Tekni Geomatika ITS –Surabaya
Harlick. R.M., K. Sharmugam, I. Dinstein. 1973. Tectural features for image classification.
Jaelani, LM. 2011. 1_Principles_of_Remote_ Sensing. Geomatics Eng. Dept. ITS -Surabaya
Lillesand, K. 1994. Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada University Press.
Maeda, K. and K, TODA. 2005. Data Compression and Data Relay for Transmission of ALOS Data, JAXA.
Maryantika, N. 2011. Analisa Perubahan Vegetasi Ditinjau Dari Tingkat Ketinggian Dan Kemiringan Lahan Menggunakan Citra Satelit Landsat Dan SPOT 4 (Studi Kasus Kabupaten Pasuruan). Surabaya : Teknik Geomatika ITS.
Prima,W. 2008. Metode Interpretasi Dan Klasifikasi Penggunaan Lahan. Surabaya.
Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo.
Rahmah. 2009, penentuan daerah retensi banjir mengunaka teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi di Mojokerto. Program studi Teknik Geomatika ITS. Surabaya
Siddik, A. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Universitas Sumatra Utara – Medan
Sitanggang, G. 2007. Karakteristik Satelit Penginderaan Jauh ALOS Untuk Misi Pemetaan Dan Potensi Data Untuk Aplikasi Pemetaan.Peneliti Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh, LAPAN
Somantri, L. 2008. Penginderaan jauh lembang. Pendidkan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI
Viesssman, W. Jr. dkk. 1977. Introduction to hydrology. New York Hagerstown Philadelphia San Fransisco London: HARPER & ROW, PUBLISHERS
__________. 2007. “Penyusunan Rencana Detil Penanganan Banjir di Wilayah JABODETABEKJUR” BPDAS Citarum-Ciliwung.