ANALISIS POSISI KERANGKA KAPAL TERHADAP KESELAMATAN ALUR PELAYARAN MENGGUNAKAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)
Keywords:
Alur Pelayaran Barat Surabaya, Batimetri, Kerangka Kapal, Multibeam EchosounderAbstract
Tingkat kecelakaan transportasi laut di Indonesia terus meningkat dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Sejak 2010-2016, terdapat total 54 kasus kecelakaan kapal di Indonesia. Untuk wilayah Alur Pelayaran Barat Surabaya sendiri, tercatat ada 10 kerangka kapal yang karam di dasar laut. Keberadaan kerangka kapal tersebut dapat membahayakan keselamatan alur pelayaran serta mengganggu efektivitas kinerja distribusi logistik di Indonesia Timur. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan kerangka kapal adalah multibeam echosounder, dengan memanfaatkan prinsip kerja gelombang akustik untuk memperoleh data batimetri serta detail morfologi seabed.
Hasil penelitian menunjukkan, kerangka kapal dengan nama “Tongkang Utama 9” ditemukan telah berada di dalam wilayah alur pelayaran. Nilai kedalaman kerangka kapal tersebut masih aman bagi kapal (dengan nilai draft hingga 8,3 meter) yang berlayar di atasnya. Namun, lokasi kerangka kapal tersebut hanya berjarak 10 meter dari as alur pelayaran, sehingga jenis lalu lintas alur pelayaran di wilayah APBS harus mengalami perubahan menjadi sistem rute satu arah demi kepentingan bersama.References
Colbo, K., Ross, T., Brown, C., dan Weber, T., 2014, “A Review of Oceanographic Applications of Water Column Data from Multibeam Echosounders”. Estuarine, Coastal, and Shelf Science:1-16.
Kramadibrata, S., 2002, Perencanaan Pelabuhan, ITB, Bandung.
Marine Insight. < https://www.marineinsight.com/types-of-ships/different-types-of-barges-used-in-the-shipping-world/>. Dikunjungi pada 30 Mei 2018, jam 02.30 WIB.
Parker, B., B., dan Huff, L., C., 1998, “Modern Under-Keel Clearance Management”, International Hydrographic Review LXXV:143-165.
Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2013, Peraturan Menteri Perhubungan No. 71 Tahun 2013 tentang Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2016, Keputusan Menteri Perhubungan No. 455 Tahun 2016 tentang Penetapan Alur Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), Jakarta.
Pickrill, R., A., dan Todd, B., J., 2003, “The Multiple Roles of Acoustic Mapping in Integrated Ocean Management, Canadian Atlantic Continental Margin”. Ocean and Coastal Management:601-614.
Ramadhani, R., 2017, “Deteksi dan Pengukuran Sinyal Hambur Balik Dari Kapal Karam Menggunakan Instrumen Side Scan Sonar di Perairan Cirebon”. Tugas Akhir. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB.
Rosyidi, H., Achmadi, T., dan Pratidinatri, N., L., 2017, “Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan, Studi Kasus: Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya”. Tugas Akhir. Departemen Teknik Perkapalan ITS.
Simbolon, S., 2014, “Aplikasi Instrumen Multbeam Sonar dan Side Scan Sonar untuk Deteksi Kapal Karam (Contoh Studi: Kapal Bahuga Jaya di Perairan Selat Sunda)”. Tugas Akhir. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB.
Urick, R., J., 1967, Principles of Underwater Sound for Engineers, Tata McGraw-Hill Education, New York.
Wahyuni, N., Armono, H., D., & Sujantoko, 2013, “Analisa Laju Volume Sedimentasi di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS)”. Jurnal Teknik POMITS Vol.2 No.1:1-6.