PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR (STUDI KASUS: BANJIR PACITAN DESEMBER 2017)
Keywords:
Daerah Rawan Banjir, SIG, Composite Mapping AnalysisAbstract
Setiap tahun bencana alam terjadi di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB, lebih dari 78% kejadian merupakan bencana hidrometeorologi. Kejadian bencana hidrometeorologi merupakan kelompok kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim dan cuaca esktrim. Curah hujan merupakan fenomena yang sudah biasa mengingat lokasi Indonesia yang berada di daerah tropis. Wilayah satu dengan yang lain dapat memiliki faktor penyebab banjir yang berbeda. Analisa multi-kriteria dapat digunakan untuk melihat kriteria spesifik dari penyebab banjir di suatu wilayah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Penyusunan basis data penyebab banjir yang kemudian digunakan unuk membuat Peta daerah rawan banjir kabupaten Pacitan. Peta daerah rawan banjir di hasilkan dari overlay dari parameter curah hujan, jenis tanah, kerapatan aliran,tutupan lahan, ketinggian dan kemiringan lereng yang kemudian dilakukan skoring dan pembobotan menggunakan metode CMA (Composite Mapping Analysis). Dari hasil pengolahan didapatkan peta daerah rawan banjir dengan luas daerah rawan banjir yang dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas tidak rawan dengan luas daerah 61.879 ha (44%), kelas rawan dengan luas daerah 67.885 ha (48%) dan kelas sangat rawan dengan luas daerah 11.144 ha (8%).
References
Amri, M. R., Yulianti, G., Yunus, R., Wiguna, S. (2016). RBI : Resiko Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB.
BNPB. (2017). Info Bencana : Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual, 7 December. Edisi November.
Suratijaya, I. N. (2007). Teknik Pemodelan dalam Pengolahan Alam dan Lingkungan. Bogor: Institut Petanian Bogor (IPB).
Haryani, N. S., A. Zubaidah, D. Dirgahayu, H. F. Yulianto, dan J. Pasaribu. (2012). Model Bahaya Banjir Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Kabupaten Sampang. Jurnal Penginderaan Jauh. No. 1. Vol. 9. Hal. 52-66.