Pergeseran Makna Warna Pink dari Maskulinitas Menjadi Femininitas di Amerika Serikat Tahun 1940-1970
Main Article Content
Abstract
Warna pink yang diasosiasikan dengan femininitas merupakan fenomena budaya global dan telah menjadi bagian dari gaya hidup saat ini. Fenomena tersebut merupakan hasil dari paradigma di masyarakat yang memandang warna pink sebagai warna yang tepat untuk digunakan perempuan sebagai salah satu alat utama untuk membentuk identitas diri. Namun berdasarkan sejarah, bentuk femininitas pada warna pink merupakan hasil dari proses transformasi makna yang semula berkonotasi maskulin, yang terjadi di Amerika sebanyak 3 kali antara tahun 1940 hingga akhir tahun 1970. Transformasi makna yang pertama terjadi saat Perang Dunia I dan II, terjadi transformasi sosial di masyarakat yang berpengaruh terhadap perubahan pemaknaan pada warna pink dari maskulin menjadi feminin. Transformasi makna yang ke 2 terjadi pada pertengahan dekade 1950, terjadi perubahan gaya hidup yang revolusioner hasil dari kemajuan ekonomi di Amerika, yang menyebabkan terdapat dua pemaknaan femininitas pada warna pink. Dan transformasi makna yang ke 3 terjadi antara tahun 1960-1970an, pemaknaan warna pink kemudian berkonotasi feminin dan cenderung bersifat masif hingga saat ini, dampak dari isu-isu dan gerakan sosial yang berkembang, diantaranya seperti gerakan feminisme, isu lingkungan, masa resesi, dan segmentasi industri. Kajian ini menggunakan metode historis dengan pendekatan sosial, yang fokus terhadap konstruksi sosial yang terbentuk melalui perubahan kondisi sosial dan perilaku sosial. Hasil analisa menunjukkan bahwa latar belakang terjadinya pergeseran makna warna pink disebabkan oleh perilaku kompetisi gender, yaitu perilaku sosial dampak dari perubahan sosial yang terjadi di Amerika serikat.
Downloads
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.