Perancangan Desain Interior Creative Hub dengan Pendekatan Communal Space
Isi Artikel Utama
Abstrak
“Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh kota adalah kenyataan bahwa talenta menguatkan ekonomi, sedangkan diservitas dan kebutuhan menarik talenta untuk datang” (Florida, 2005:139). Berdasarkan hasil survey dalam bentuk kuisioner yang ditujukan pada remaja aktif (18th-24th) di kota Bandung, dapat disimpulkan bahwasannya seorang remaja memiliki ketertarikan dalam melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan sosisalnya. Pengguna yang dimaksud pada perancangan ini adalah Gen Z pada usia produktivitas (remaja). Generasi Z pada usia tersebut memiliki karater antara lain lebih tidak fokus, multitasking, lebih individual, berfikiran lebih terbuka, tertarik untuk berinteraksi, lebih reliabilitas, memiliki cara yang lebih effisien (non-tradisional atau caranya sendiri). Pengguna dari perancangan ini memerlukan ruang yang dapat digunakan sebagai media berinteraksi dan melakukan brainstorming serta berkolaborasi. Seperti halnya yang disampaikan Florida “diservitas dan kebutuhan menarik talenta untuk datang”. Maka dibutuhkannya Communal Space yang memiliki aspek fungsional, estetik, interaksi sosial, bertukar pikiran, mampu mengakomodasi interaksi antara berbagai kelompok sosial dan etnis. Berdasarkan Composing Architecture and Interior Design by Simos Vamvakidis menyatakan area pada bagian tengah sebuah denah perancangan akan menjadi pusat perhatian atau dengan kata lain untuk mengorganisasikan sebuah ruang maka diperlukan elemen utama yang diposisikan pada pusat ruangan. Pada perancangan pada Communal space juga menerapkan teori yang disampaikan oleh Simos Vamvakidis mengenai Collective Space, dapat dikatakan Collective Space dan Communal Space merupakan tipe ruangan yang memiliki tujuan sama, yaitu sebagai area atau ruang “space of pause” di dalam bangunan.
Unduhan
Rincian Artikel

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.