Isi Artikel Utama

Abstrak

Sektor peternakan dan perikanan merupakan pilar utama ketahanan pangan di Indonesia, dengan budidaya ikan lele menjadi pilihan utama karena kemudahannya dan tingginya konsumsi oleh masyarakat. Data BPS Jawa Timur menunjukkan peningkatan produksi ikan lele dari 127.539 ton pada tahun 2020 menjadi 136.437 ton pada tahun 2021. Namun, masalah utama yang dihadapi peternak, khususnya skala kecil dan menengah seperti UMKM Lamigot YS Farm di Kabupaten Jember, adalah mahalnya harga pelet pakan ikan. Untuk mengatasi kendala ini, program pengabdian masyarakat ini menawarkan solusi berupa pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) dengan menciptakan mesin pencetak pelet menggunakan bahan baku sampah organik. Solusi ini bertujuan untuk mengurangi biaya produksi, mendukung pengelolaan limbah berkelanjutan, dan meningkatkan produktivitas serta kemandirian peternak. Kegiatan ini meliputi sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan teknis, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan peternak dalam memproduksi pelet pakan ikan secara mandiri. Dari hasil pengamatan selama 2 minggu, lele yang diberi pelet sampah organik bertambah massanya menjadi 9 gram, sementara yang diberi pelet komersial hanya memiliki massa 8,3 gram. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi pelet dari sampah organik memiliki kualitas yang lebih baik daripada pelet komersial sehingga layak dikembangkan.

Kata Kunci

Lele Mesin Pencetak Pelet Sampah Organik

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Palupi, B., Rahmawati, I., Rizkiana, M. F., Rafif, M. A. ., Tarigan, E. N., Herdianto, D. N. ., Yohanes, Y., & Shofiah , L. N. . (2025). Pelet Unggul : Inovasi Teknologi Tepat Guna dari Sampah untuk Peningkatan Produktivitas Ternak Lele di Lamigot Ys Farm Pakusari. Sewagati, 9(1). Diambil dari https://journal.its.ac.id/index.php/sewagati/article/view/2488

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama