PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : KAWASAN HUTAN LINDUNG KABUPATEN MOJOKERTO)

Authors

  • Jefri Ardian Nugroho Institut Teknologi Sepuluh Nopember
  • Bangun Muljo Sukojo Institut Teknologi Sepuluh Nopember
  • Inggit Lolita Sari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)

Keywords:

Bencana longsor, SPOT 4, Tingkat Kerawanan

Abstract

Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Bencana longsor adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang bisa berdampak pada kondisi ekonomi dan sosial. Bencana tanah longsor yang terjadi di tahun 2002 dan 2007 pada kawasan hutan lindung di Kabupaten Mojokerto disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi dan banyaknya kawasan hutan gundul yang menyebabkan air hujan tidak bisa terserap pada kawasan tersebut. Sehingga jatuh membawa material bukit. Untuk itu dilakukan pemetaan daerah yang rawan terhadap bahaya longsor dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.

Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit SPOT 4 tahun 2008, ditunjang data lain; peta jenis tanah Kabupaten Mojokerto skala 1:100000 tahun 2006, data curah hujan tahun 2006, peta kawasan hutan Kabupaten Mojokerto skala 1:100000 tahun 2001, peta geologi Kabupaten Mojokerto tahun 2006 skala 1:100000 dan data SRTM

Dalam pengolahan citra SPOT 4 ini didapatkan hasil koreksi geometrik dengan nilai rata-rata RMS error sebesar 0,603 dan nilai SOF sebesar 0.000136. Adapun metode yang digunakan dalam analisa ini adalah melakukan proses tumpang susun (overlay), yaitu dengan meng-overlay beberapa peta parameter (peta jenis tanah, peta curah hujan, peta tutupan lahan, peta kemiringan, peta ketinggian) dan memberikan pengharkatan (skor) pada masing-masing kriteria dari peta parameter tersebut

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan kawasan hutan lindung Kabupaten Mojokerto memiliki tingkat kerawanan longsor rendah (13,28 Ha) kerawanan longsor sedang (177,24 Ha) dan kerawanan longsor tinggi (427,15 Ha.)

Author Biographies

Jefri Ardian Nugroho , Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Department of Geomatics Engineering

Bangun Muljo Sukojo , Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Department of Geomatics Engineering

References

Ali, H. 2009. Analisa Pendidikan Dasar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Dengan Menggunakan SIG Berbasis Web. Program Studi Teknik Geomatika ITS. Surabaya

Badan Geologi, 2006. Gerakan Tanah. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Badan Planologi Kehutanan, 2002. Petunjuk Teknis Skoring Penentuan Fungsi Kawasan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta

GIS Konsorsium Aceh Nias, 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar. Staf Pemerintahan Kota Banda Aceh. Banda Aceh

Kumajas, M. Desember 2006. ”Inventarisasi dan Pemetaan Rawan Longsor Kota Manado- Sulawesi Utara”. Forum Geografi Vol.20 No.2, 190-197

Kurniawan, A.F. 2005. Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pembuatan Peta Rawan Bencana Tanah Longsor (Studi Kasus : Kabupaten Situbondo). Program Studi Teknik Geodesi ITS. Surabaya.

Lilesand T.M, and Kiefer R. W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation., Fifth Edition, John Wiley & Sons. New York.

Lukitasari, F. 2009. Evaluasi Perubahan Tutupan Lahan Wilayah Pesisir Surabaya Timur Menggunakan Citra SPOT-4 Multispektral 2005 dan Peta LPI (Lingkungan Pantai Indonesia) Tahun 1983. Program Studi Teknik Geomatika ITS.Surabaya

Sudomo, O. Pengenalan ArcGIS 9.2, 2008, PT Duta Informatika.

Paripurno, ET. 2006.Pengenalan Longsor Untuk PenanggulanganBencana,http://geohazard.blog.com/2006/09/15/pengenalan-longsor-untuk-penanggulangan-bencana/. Di kunjungi pada tanggal 9 Juni 2009, jam 09.30

Pedoman Umum Budidaya Pertanian di Lahan Pegunungan. Faktor Penentu Kepekaan Tanah Terhadap Longsor dan Erosi, http://www.litbang.deptan.go.id/regulasi/one/12/file/BAB-II.pdf. Di kunjungi pada tanggal 9 Juni 2009, jam 09.30

Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung

Prahasta, E. 2004. Sistem Informasi Geografis : ArcView lanjut.Informatika. Bandung

Prahasta, E. 2007. Sistem Infomasi Geografis : Tutorial Arc View. Informatika. Bandung

Purnawati, N.P. 2009. Analisa Potensi Lahan Pertanian Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Tabanan dan Badung-Bali. Program Studi Teknik Geodesi ITS. Surabaya

Purwadhi, H.F. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Grasindo. Jakarta.

Rahmah. 2009. Penentuan Daerah Retensi Banjir Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Kabupaten Mojokerto). Program Studi Teknik Geomatika ITS. Surabaya.

SPOT(satellites)http://en.wikipedia.org/wiki/SPOT.Dikunjungi pada tanggal 12 Maret 2009, pukul 19.00 WIB

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Usman, B dan Luthfi, A. 2003. Laporan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Mojokerto Dan Sekitarnya Jawa Timur. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-Badan Geologi. Bandung

Downloads

Published

2024-07-02

How to Cite

Nugroho , J. A. ., Sukojo , B. M. ., & Sari, I. L. . (2024). PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : KAWASAN HUTAN LINDUNG KABUPATEN MOJOKERTO). GEOID, 5(2), 110–117. Retrieved from https://journal.its.ac.id/index.php/geoid/article/view/1297

Issue

Section

Articles