Pemetaan Zonasi Kerawanan Banjir berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Kabupaten Berau, Kalimantan Timur)
Keywords:
Banjir, Kerawanan, Zonasi, SIGAbstract
Bencana banjir merupakan bencana yang seringkali melanda wilayah di Indonesia tidak terkecuali untuk Kabupaten Berau. Kabupaten Berau merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur yang setiap tahunnya seringkali dilanda banjir setiap musim penghujan. Dihimpun dari berita linimasa, bencana banjir seringkali melanda beberapa wilayah di Kabupaten Berau dan berdampak negatif terhadap kondisi infrastruktur, lahan pertanian dan juga perkebunan. Meskipun tidak ditemukan nilai rupiah yang pasti terkait kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir, namun menjadi sangat penting pemetaan zonasi banjir mengingat kejadian banjir di Kabupaten Berau yang terus terjadi setiap tahunnya. Parameter yang digunakan untuk menentukan kerentanan banjir terdiri dari tekstur tanah, curah hujan, ketinggian lahan, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Dari pemetaan parameter kerentanan banjir yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa Kabupaten Berau didominasi dengan kelas kerawanan sedang yaitu seluas 8725,56 km2 atau sebesar 40,16% dari luas wilayah Kabupaten Berau, kemudian kelas kerawanan kurang rawan dengan luas wilayah 5820,76 km2 atau sebesar 26,79%, kerawanan tidak rawan yaitu seluas 3596,39 km2 atau sebesar 16,55%, dan kelas kerawanan rawan seluas 3402,08 km2 atau 15,66%. Sedangkan tingkat kerawanan yang terendah yaitu kelas kerawanan sangat rawan yaitu dengan luas 182,82 km2 atau sebesar 0,84% dari luas wilayah Kabupaten Berau. Dihimpun dari 17 data titik aktual kejadian banjir yang terjadi pada tahun 2020 dan 2021 di beberapa wilayah di Kabupaten Berau, menunjukkan hasil bahwa area yang masuk dalam kategori zona rawan banjir sesuai dengan kondisi aktual banjir Kabupaten Berau. Peta Zonasi Rawan Banjir Kabupaten Berau yang sudah dihasilkan ini diharapkan dapat menjadi rujukan pihak stakeholder dalam melakukan perencanaan pembangunan dan tindak mitigasi bencana di Kabupaten Berau.
References
Aronoff, 1989. Geographic Information Sistem : A Management Perpective, Ottawa, Canada : WDL Publication
Budiyanto, Eko. 2009. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Yogyakarta: Andi Offset
Halimah N. 2016 Pemetaan Daerah Rawan Banjir Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis Berbasis WEB di Kota Samarinda. Samarinda: Fakultas Peratanian. Universitas Mulawarman Samarinda.
Nuryanti , J.L. Tanesib , A. Warsito ,(2018). Pemetaan Daerah Rawan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. (Jurnal Fisika Sains dan Aplikasinya). Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Primayuda A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis: studi kasus Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada Sub DAS Walanae Hilir. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Suryanto. 2017. Pengaruh Kemiringan Lahan dan Mucuna bracteata terhadap Aliran permukaan dan Erosi di PT Perkebunan Nusantara V Kebun Lubuk Dalam [skripsi]. Pekanbaru : Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Utomo W. Y. 2004 Pemetaan Kawasan Berpotensi Banjir di DAS Kaligarang Semarang dengan Mneggunakan Sistem Informasi Geografis (skripsi).
Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.